Monday, July 27, 2009

The Power of Giving

the kids we met

Tiga hari menjelang puncak, di alam tanpa pepohonan, hanya ada semak kering berduri, binatang yak, glacier, badai salju, dan sisanya... gunung-gunung es. "Even birds cannot fly this high..." kata pujangga Inggris yang pernah singgah disini, menggambarkan betapa terasingnya tempat ini.

Dalam peradaban yang amat ekstrem ini, dari balik semak kering berduri, tiga anak Nepal berlarian kecil, tertawa... mereka akan pergi ke sekolah...

Setiap hari, 3.5 hingga 4 jam mereka berjalan kaki menuruni gunung untuk bersekolah di satu-satunya SD di lereng Langtang Range, Himalaya. Sekolah ini bernama Mandala, donasi seorang mahasiswi kaya dari Jepang, yang amat tersentuh hatinya melihat semangat anak-anak kecil seperti mereka.

"Namaste..." sapa mereka kepada kami, sembari mengatupkan kedua telapak tangan, layaknya orang menyembah... mereka hanya menggendong tas kecil, berisi buku tulis lusuh berlogo lembaga donasi asal Jepang, dan di tas mereka ada sekilas emblem mirip bendera Jerman.

Secara intuisi saya suruh Sherpa saya untuk memberi mereka coklat dan biskuit bekal kami... tak apalah, small token untuk semangat anak-anak kecil itu yang begitu menginspirasi. Lagi pula masih ada beberapa army biscuit untuk bekal sampai di puncak. Dan begitulah pertemuan kami dengan anak-anak itu berakhir...

Ooppsss... ternyata, salah perhitungan!

Rumah penduduk (tea house) tempat kami akan singgah dan makan di atas ternyata tinggal puing-puing. Terpaksa, satu hari lagi berjalan menuju 'pitstop' makanan selanjutnya... dan bekal kami sudah habis... Kami berdua tertawa... tidak ada sesal sama sekali telah memberi bekal coklat dan biskuit kami pada anak-anak itu...

Dengan bekal air minum dari sungai glacier, satu buah apel sisa dari Kathmandu, dan satu bungkus 'mi gelas' dari Jakarta, kami lanjutkan perjalanan... pelan... pelan... dan mulai terpengaruh 'severe altitude syndrome'... pusing, mual dan 'hangovered'.

Rupanya Tuhan tak ingin kami mati disana.

Dari atas kami lihat seorang pendaki Korea, seorang fotografer, dan Sherpa nya sedang turun... tanpa berkenalan dia langsung membongkar carier raksasanya... 'beban kami terlalu berat' katanya... 'kalian ambil saja sisa makanan kami...pasti kalian lebih perlu buat di atas nanti, siapa tahu terjebak badai dan tidak bisa turun cepat... kami sudah tidak perlu lagi bekal ini'... kira-kira begitu omongannya dalam bahasa Inggris yang terbata.

Dan tiba-tiba 4 pack cokelat besar, 12 bungkus sosis dan satu kantong plastik buak kering diberikannya kepada kami. Alhamdulilah, bungkus sosis Korea itu semuanya pake bahasa kriting, sehingga tidak perlu tahu itu babi atau sapi :) dijamin halal...!

Setelah itu barulah kami berkenalan. Hwang Im Hoo, namanya. Sang utusan dewa penolong kami.

It's too good to be true. But miracles do happen. And I was the lucky one!

enjoy the chocolate, kid...

take a shot before bidding farewell. Me, Hwang and our Sherpas.

Hwang, my hero!