Agak lega rasanya melihat daratan, paling tidak kalau terjadi apa-apa saya mampu berenang ke tepian. Amit-amit deh. Mendekati Nanggu, warna laut yang tadinya biru kehitaman berubah menjadi tosca, seperti warna batu amethyst kakak saya. Lalu mendekat ke daratan warnanya tergradasi menjadi biru muda, pucat. Mungkin tidak sepucat muka saya di tengah laut tadi....ssst ngga ada yang liat ini hehehe.
Dermaga di Naggu hanya berupa papan bersusun selebar satu meter yang menjuntai ke arah keramba terapung tempat menambatkan sampan. Di pagi hari sesekali jukung nelayan (perahu berlayar segitiga) singgah di sini, mereka mengantar ikan segar untuk dijual ke penginapan. Itulah menu kami hari itu, fresh seafood langsung dari laut. Semua supply kehidupan di pulau berawal dari sini. Air, makanan, dan semua kebutuhan hidup dibawa dengan sampan melalui dermaga ini dari Lombok. Kalau misalnya tiba-tiba ada yang sakit malam-malam gimana ya? Kalau ada badai atau high tide? .... tiba-tiba semua yang seram-seram muncul di benak. Tapi terlanjurlah saya mendarat di sini. This is the point of no return. Lagi pula terlalu sayang semua keindahan di pulau ini dilewatkan hanya gara-gara khayalan konyol ini. This gonna be my paradise!
No comments:
Post a Comment